(Di bahasa indonesia di bawah ini)
With a two-man team of an American and Balinese filmmaker, our goal is to create the greatest documentary on a Balinese gamelan composer ever seen.
In Balinese Gong Kebyar performances, musicians learn incredibly challenging, interlocking compositions by ear, for percussion orchestras of 30+ people known as gamelan. This musical tradition, local and specific to Bali, has developed and refined into a truly unique art-form through the centuries.
Other gamelan documentaries focus on the Western perspective, featuring English overdubs, talking over the music and often using Western music in the background. This project will be the first documentary in the authentic words of the musicians and composers who make the music, and using only their original music.
Ombak Ing Segara: A Wave on the Sea follows the gamelan composer Pak I Wayan Widia through the revival of his classic work Ombak Ing Segara, 31 years after its debut performance, by the group Gong Kebyar Legendaris Kerthi Budaya.
Since Pak Widia is part of a generation of historically under-documented Balinese composers, when he enthusiastically agreed to the project, I set the plans in motion without having any prior experience in documentary film-making, and only a beginners grasp of the Indonesian language.
Produced by a two-person team with my collaborator, I Wayan Gede Purnama Gita, and a shoe-string budget, we filmed interviews with Pak Widia, rehearsals, and the final festival performance, to bring the audience inside the virtuosic and unique world of Balinese Gamelan Gong Kebyar.
In a world where most documentary films have a budget of $150,000 to $600,000, I have mostly self-funded the $8,000 budget through my day-job and taking on debt, with some grant assistance from Chicago's Department of Cultural Affairs.
I Wayan Gede Purnama Gita
Augustine Esterhammer-Fic
Both myself and Pur, and most of all Pak Widia, are excited to bring attention to his work and his musical scene, and we need some financial help to finish the project.
Your donation will contribute towards:
- Original gender wayang score by Pak Widia himself
- Paying the performers of the additional score materials
- The rental of camera and audio equipment so that Pur can produce the final sections (since my traveling there would be too expensive)
- Two final interviews with people who know Pak Widia
- Editing the project and submitting it to documentary film festivals
If we meet our goal, it will account for roughly 30% of the overall budget of the film. It's a very ambitious film, and since I'm recently married with only emergency health insurance, funds have been very tight and I don't want this project to lose steam!
Please consider donating if you can!
-Augustine Esterhammer-Fic, producer and co-director
Bahasa Indonesia:
Dengan tim yang terdiri dari dua orang, seorang sineas Amerika dan Bali, tujuan kami adalah menciptakan film dokumenter terhebat tentang seorang komponis gamelan Bali yang pernah ada.
Di dunia Gamelan Gong Kebyar, para musisi mempelajari komposisi yang sangat menantang dan saling terkait dengan telinga, untuk orkestra perkusi yang dikenal sebagai gamelan. Tradisi musik lokal dan khas Bali ini telah berkembang dan disempurnakan menjadi bentuk seni yang benar-benar unik selama berabad-abad.
Film dokumenter gamelan lainnya berfokus pada perspektif Barat, menampilkan overdub bahasa Inggris, membahas musik, dan seringkali menggunakan musik Barat sebagai latar belakang. Proyek ini akan menjadi film dokumenter pertama yang menggunakan kata-kata authentik dari para musisi dan komposer yang menciptakan musik tersebut, dan hanya menggunakan musik asli mereka.
Ombak Ing Segara: A Wave on the Sea mengikuti perjalanan komponis gamelan Pak I Wayan Widia melalui kebangkitan kembali karya klasiknya, Ombak Ing Segara, 31 tahun setelah pertunjukan perdananya, oleh kelompok Gong Kebyar Legendaris Kerthi Budaya.
Sebagai bagian dari tim beranggotakan dua orang dengan anggaran minimal bersama kolaborator saya, I Wayan Gede Purnama Gita, kami memfilmkan wawancara dengan Pak Widia, latihan, dan pertunjukan festival terakhir, untuk membawa penonton ke dalam dunia Gamelan Gong Kebyar Bali yang virtuoso dan unik.
Karena Pak Widia adalah bagian dari generasi komposer Bali yang kurang terdokumentasi secara historis, ketika beliau dengan antusias menyetujui proyek ini, saya langsung menjalankan rencana tersebut tanpa memiliki pengalaman sebelumnya dalam pembuatan film dokumenter, dan hanya memiliki pemahaman dasar tentang bahasa Indonesia.
Di dunia di mana sebagian besar film dokumenter memiliki anggaran $150.000 hingga $600.000USD, saya sebagian besar membiayai sendiri anggaran $8.000USD tersebut melalui pekerjaan harian saya dan berutang, dengan sedikit bantuan hibah dari Departemen Kebudayaan Chicago.
I Wayan Gede Purnama Gita
Augustine Esterhammer-Fic
Baik saya maupun Pur, dan terutama Pak Widia, sangat antusias untuk menarik perhatian terhadap karya dan kancah musiknya, dan kami membutuhkan bantuan dana untuk menyelesaikan proyek ini.
Donasi Anda akan berkontribusi untuk:
- Partitur gender wayang asli karya Pak Widia sendiri
- Membayar para penampil materi partitur tambahan
- Sewa kamera dan peralatan audio agar Pur dapat memproduksi bagian akhir (karena perjalanan saya ke sana akan terlalu mahal)
- Dua wawancara terakhir dengan orang-orang yang mengenal Pak Widia
- Mengedit proyek dan mengirimkannya ke festival film dokumenter
Jika target tercapai, dananya akan mencapai sekitar 30% dari total anggaran film. Film ini sangat ambisius, dan karena saya baru saja menikah dan hanya memiliki asuransi kesehatan darurat, dananya sangat terbatas dan saya tidak ingin proyek ini kehilangan momentum!
Silakan pertimbangkan untuk berdonasi jika Anda mampu!
-Augustine Esterhammer-Fiksi, produser, dan ko-sutradara